Perkutut (Geopelia striata) biasa dikenal orang adalah burung yang memiliki bulu berwarna abu-abu dan cokelat. Daerah penyebaran burung ini juga cukup luas serta populasinya juga banyak. Terkadang perkutut ini secara tidak sengaja menghasilkan keturunan yang ciri-cirinya berlainan dengan induknya, atau lebih tepatnya dikenal telah terjadi penyimpanan gen. Keturunan perkutut biasanya akibat penyimpanan gen yang lain.
Burung blorok ini memiliki bulu yang berwarna hitam campur putih yang lebih menawan dari perkutut biasa, bahkan perkutut putih maupun perkutut hitam sekalipun. Dan hanya ekornya saja yang memiliki bulu putih. Selebihnya dari kepala hingga pangkal ekorr dan sayap merupakan paduan warna hitam dan putih, suaranya seperti perkutut pada umumnya. Banyak para kolektor yang ingin memajang burung ini dalam sangkar, karena memiliki warna bulu yang antik.
Tidak Semua Perkutut Blorok ini Bagus
Burung perkutut saat ini masih jarang dibicarakan oleh orang. Tetapi Kok Tjoe, seorang kolektor perkutut dari Surabaya sudah mengoleksinya setahun terakhir ini. Orang yang gemar mengumpulkan perkutut-perkutut antik ini bahkan telah memelihara 2 ekor Blorok dengan kondisi yang sangat bagus. Padahal tidak semua perkutut blorok memiliki kondisi yang baik dan bagus. “Blorok bagus adalah yang bulu putihnya lebih banyak dari hitamnya” ucap jelas Kok Tjoe.
Burung Blorok ini diperolehnya dari Tuban, Jawa Timur, daerah yang lebih akrab bagi telinga penggemar burung perkutut, karena di sinilah tempat asal perkutut lokal asal Indonesia. Rencananya Tjoe memang akan membudidayakan burung perkutut ini, dengan harapan memperoleh keturunan burung blorok juga bahkan sekaligus menghasilkan burung blorok yang berbulu bagus, tetapi hingga saat ini hasilnya belum ketahuan, karena selalu perkutut biasa yang diperolehnya.
Kolektor lain yang juga mengoleksi si burung Blorok adalah Setia Budi dari Lawang, Malang. Dia hanya memiliki seekor, yang diperoleh dari temannya dengan cara barter dengan cucakrawa miliknya. “Saking langkanya, selama ini saya belum pernah menemukannya di pasar burung, sehingga harganya pun belum tahu.” Ucap ceritanya.
Berdasarkan cara pemeliharaannya, perawatan si burung Blorok ini biasa saja sama dengan jenis burung perkutut yang lain. Mereka biasa memberi makanan ketan hitam, millet, juwawut dan butiran gabah yang dicampur jadi satu. Ada yang memberikan makanan tambahan berupa kulit kerang yang ditumbuk halus. Bagi peternak burung, makanan ini berkhasiat menguatkan kulit telur perkutut.
Menurut Kok Tjoe, nilai perkutut Blorok ini juga di banderol dengan harga cukup tinggi. Jika komposisi warna bulunya bagus (putihnya lebih banyak) maka harganya bisa mencapai harga di kisaran sebesar 2,5 juta rupiah sedangkan yang bulunya biasa-biasa saja di bandderol dengan harga sekitar 300 ribu rupiah. Betapa mahalnya, kalau bulu Blorok yang bagus diimbangi dengan suara yang bagus juga. Oleh sebab itulah bagi orang yang mencoba membudidayakan, seperti Kok Tjoe ini selalu mengharapkan keturunan Blorok dari perkutut-perkutut miliknya.
Burung blorok ini memiliki ciri warna bulu yang menarik serta unik dan antik, sehingga burung ini dapat dikatakan sebagai burung antik. Jika burung lain yang dikatakan antik dari jenis kicuannya, burung ini antik dengan ciri warna bulu yang menarik serta langka. Untuk kalian para pecinta jenis burung, yuk dapatkan burung antik ini dengan warna bulu yang bagus dan menarik untuk dipandang.